Bisnis keluarga di Indonesia menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi terhadap kesiapan masa depan (future-readiness) mereka daripada rata-rata pada umumnya, menurut penelitian terbaru The Economist Intelligence Unit (EIU) yang disponsori oleh SAP.
Bisnis keluarga Indonesia dinilai menjadi yang paling percaya diri pada kemampuan mereka untuk menyebarkan teknologi baru; mencetak 8,26 poin dibandingkan dengan rata-rata 7,91 poin (pada skala 10 poin, di mana skor 10 menunjukkan kepercayaan diri tertinggi) di negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Sebagai bagian dari penelitian regional tersebut, para pemimpin bisnis keluarga dari Asia Tenggara termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand berpartisipasi dalam memberikan penilaian pribadi terhadap kesiapan masa depan mereka di kategori sumber daya manusia (people), lingkungan (environment), proses (processes) dan teknologi (technology). Temuan penelitian ini dijelaskan pada acara EIU yang bertajuk “Tradisi, Teknologi, dan Transformasi Merangkul perubahan dan menjamin kesinambungan dalam bisnis keluarga.”
Rachel Morarjee, Direktur Economist Corporate Network (ECN), menuturkan, untuk memperkuat jejak langkah mereka dan meraih peluang dalam ekonomi digital, bisnis keluarga lndonesia tidak dapat terus bergantung pada koneksi ataupun kesetiaan pelanggan. Bisnis keluarga dan UKM perlu mempersenjatai diri di masa depan dengan pengetahuan dan inovasi digital, agar dapat bersaing di arena internasional.
Transformasi digital telah menjadi keharusan untuk semua bisnis, tidak peduli ukuran ataupun area industrinya. Bisnis keluarga Indonesia perlu merangkul pergerakan digital untuk meningkatkan inovasi dan daya saing. Generasi ketiga, darah muda bisnis keluarga kini tengah mengguncang bisnis dan memperkenalkan teknologi dan inovasi baru.
“Untuk tujuan ini, SAP menawarkan portofolio solusi yang mendukung UKM dengan aspirasi transformasi digitalnya. Khususnya, SAP Business One adalah aplikasi bisnis on-premise dan cloud untuk bisnis kecil yang modular dan fleksibel, dengan berbagai pilihan add-ons yang disesuaikan dengan industri dan fungsi khusus,” ujar Andreas Diantoro, Managing Director SAP Indonesia.
Andreas menambahkan, kini, banyak bisnis keluarga di Indonesia yang sudah masuk ke pemimpin generasi kedua dan ketiga. Saat ini adalah waktu yang krusial bagi mereka, apakah akan survive atau pindah bisnis atau gagal. Mereka melihat teknologi sebagai jawaban utama dalam survival bisnis keluarga.
SAP pun tertarik untuk bermain di bisnis keluarga ini karena 75% dari klien SAP adalah Small-Medium Businesses dan dengan 17.000 partner yang dimiliki oleh SAP di seluruh dunia yang akan membantu mereka survive di bisnis keluarga. Adapun sektor-sektor yang paling banyak menggunakan SAP saat ini adalah Professional Services (13%), Consumer Product (11%), Whole Sale Distribution (10%), Forest Product (7%), dan Retail(6%).
Editor : Eva Martha Rahayu