Public relation (kehumasan) disarankan segera mengaitkan pekerjaannya dengan metaverse (metasemesta) yang merupakan bagian dari industri 6.0.
Pasalnya, nilai pasar ini diprediksi Bloomberg yang dikutip dari prdaily.com bisa mencapai US$800 miliar pada 2024.
Apalagi, survei Statistika yang dirilis pada 4 Februari 2022 yang dilansir opendata.jabarprov.go.id menyebutkan sebanyak 52% responden ingin merasakan pengalaman bekerja dengan memakai metaverse.
Dari jumlah ini sebesar 69% responden berasal dari kalangan generasi Z yang menaruh minat metaverse.
Sebenarnya, tren metaverse telah dimulai saat Mark Zukerberg mengumumkan perubahan merek Facebook Incorporated menjadi Meta yang dicatat pada 28 Oktober 2021 oleh pracademy.co.uk.
Malahan, Ketua Umum (Ketum) Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) Boy Kelana Soebroto mengungkapkan implikasi metaverse bagi public relation sudah dibicarakan praktisi dunia bidang tersebut sejak Oktober 2021.
Karena, metaverse diperkirakan akan memberikan kesempatan sebuah merek untuk melakukan pendekatan strategi komunikasi yang berbeda.
Saat ini sedang hangat dibicarakan Integrated Merketing-Communications (IMC) yang memperkenalkan pengembangan taktik komunikasi berbasis Paid, Earned, Shared, dan Owned (PESO).
Dengan metarverse akan menjadi langkah lebih maju dari PESO dalam pengembangan strategi dan taktik komunikasi ke depan.
Sebelum public relation mengadopsi metaverse bisa dilihat dari kemampuannya mengimplementasikan industri 5.0 yakni mengintegrasikan teknologi, data, dan manusia.
Walaupun demikian, hubungan humanis dengan berbagai pemangku kepentingan yakni perusahaan, masyarakat, dan pemerintah tetap dilakukan public relation.
Perusahaan ini dapat menggunakan analisis data untuk memahami preferensi dan kebutuhan pelanggan, sehingga dapat memberikan solusi dan pengalaman yang lebih baik kepada kliennya.
Langkah ini bisa dibarenginya dengan melakukan kempanye sosial dan lingkungan.
Apabila public relation mengukur dampak kampanye sosial dan lingkungan yang dilanjutkan sebagai dasar pengambilan keputusan, maka dia sudah bisa disebut masuk industri 6.0.
Public relation disebut akan masuk industri 6.0 ditandai interaksi dengan pemangku kepentingan menggunakan media sosial (medsos), aplikasi pertemuan, video game, dan pengiriman iMessage.
Ruang pertemuan keduanya sudah difasilitasi virtual reality, sehingga setiap orang mulai merasakan metaverse.
Namun, public relation juga harus memahami psikografis, demografi, dan geografis dari audiens target yang ingin dijangkau kliennya. Langkah ini dapat dilakukannya dengan memiliki data tentang tipe konsumen yang tertarik dengan produk atau layanan kliennya.
Menurut prdaily.com, sebanyak enam langkah yang harus diperhatikan public relation dalam memanfaatkan metaverse.
1.Perbanyak Informasi
Sebelum memutuskan penggunaan metaverse didahului public relation memperbanyak informasi tersebut.
2.Ikuti Informasi
Metaverse diperkirakan akan berkembang pesat pada beberapa tahun ke depan, sehingga tren dan informasi tentang teknologi mesti diikuti public relation.
3.Tetap Kreatif
Public relation bisa mencari peluang kreatif dari pemakaian metaverse dengan mengumpulkan pejabat negara, pemangku kepentingan, dan wartawan secara virtual tanpa mengeluarkan biaya perjalanan.
4. Menjadi yang Pertama
Menjadi yang pertama dalam menggunakan metaverse merupakan suatu keuntungan yang diperolehnya seperti mendorong klien berinovasi dan melakukan aktivitas
5.Pengalaman Baru
Metaverse bisa memberikan pengalaman komunikasi yang baru seperti memperkenalkan informasi perusahaan atau instansi.
Hal ini juga disampaikan CEO NoLimit Indonesia Aqsath Rasyid Naradhipa dalam ‘Navigating the Metaverse Public Relations Strategies for Immersive Technologies’.
Selain itu meningkatkan brand awareness kepada audiens di dunia yang diungkapkan instituteforpr.org.
Untuk menemukan, membangun, dan menerapkan strategi komunikasi dengan metaverse dibutuhkan kreativitas, adaptasi, dan pandangan jauh kedepan.
Sebab, konsumen yang disasar juga akan selalu mengikuti tren baik secara virtual dan nyata, sedangkan metaverse bisa menjadi cermin dari perilaku khalayak sasar secara virtual.
Dengan brand menempatkan produk atau layanan digitalnya di metaverse guna membangun awareness.
Ketertarikan dan keinginan konsumen untuk mencoba produk dan jasa secara virtual akan melahirkan digital experiences. Jadi, kehidupan virtual dan nyata dapat dirasakan dalam membeli produk tersebut.
6. Kenali Risiko
Public relation dapat mengenali risiko penggunaan metaverse seperti privasi dan keamanan.
Sementara itu Project Manager Assemblr, Jeffin Andria Prabowo berpendapat metaverse adalah dunia virtual yang memungkinkan setiap orang bisa berkomunikasi dan bertukar informasi menggunakan teknologi internet.
Sedikitnya, tiga hal yang harus diperhatikan oleh public relation sebelum menggunakan metaverse.
1.Digital Awareness
Metaverse merupakan teknologi baru yang harus dipelajari setiap saat, sehingga jangan sampai sudah menggunakan, tetapi tidak paham.
2.Strategic Communication
Public relation harus mempersiapkan strategi komunikasi yang matang sebelum menggunakan metaverse. Banyak produk ini membuat praktisi harus bisa memilih secara spesifik agar dapat memberikan manfaat sesuai kebutuhan.
3. Evaluation and Measurement
Investasi di metaverse akan sia-sia apabila tidak berdampak yang dihasilkan untuk perusahaan/instansi.
Pada sisi lain kemampuan yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh praktisi public relation antara lain kemampuan storytelling dalam mendeskripsikan produk dan layanan dengan membuat cerita virtual
Langkah ini guna menarik atensi dari khalayak sasarnya untuk mencoba dan membeli barang dan jasa secara virtual atau nyata.
Public relation tetap perlu mengidentifikasi dan memahami khalayak sasarnya yang selaras dengan produk dan layanannya.
Langkah ini guna mengembangkan strategi kolaborasi dengan komunitas-komunitas online untuk membangun potensi-potensi baru dalam membangun exposure. (mam)
Foto: Freepik