Nama Intel di industri komponen dan perangkat komputasi tidak asing. Perusahaan yang berdiri sejak 1968 dan berbasis di Santa Clara, California, Amerika Serikat ini dikenal sebagai salah satu penguasa dominan pasar komponen prosesor komputasi.
Menilik catatan dari Associated Press, Intel sudah menjadi pemimpin di industri komponen semikonduktor sejak tahun 1992. Namun, pada Juli 2017, Samsung menyalip menjadi pemimpin, seiring tumbuhnya pasar smartphone melebih pasar perangkat komputer.
Tetap saja, selama komputer dan sejenisnya masih diandalkan untuk kebutuhan komputasi yang lebih kompleks, Intel masih bisa berbisnis dengan tenang. Masa kejayaan Intel di bisnis ini harus terusik di tahun 2017 oleh kompetitor yang selama ini tidak pernah bisa menyalip mereka.
Masih di awal 2017 tepatnya dibulan Maret, kompetitor mereka yaitu AMD merilis prosesor seri terbaru dengan arsitektur Ryzen. Perlahan tapi pasti, AMD berhasil mengejar dan menyalip Intel.
AMD menjadi ancaman serius bagi Intel di 2017. Tidak hanya memiliki prosesor yang lebih canggih, formula bisnis juga membuat Intel tidak tenang di tahun depan.
Ryzen, Kebangkitan AMD dan Ancaman Intel
Mundur sedikit ke Desember tahun lalu, AMD membuat sebuah pengumuman di ajang AMD New Horizon Summit. Di ajang ini, AMD mulai memberikan bocoran mengenai prosesor terbaru mereka yang akan mengusung arsitektur Zen, kemudian di kenal dengan nama Ryzen saat muncul tiga bulan kemudian.
Dalam acara itu, Ryzen diperkenalkan sebagai lini pengganti prosesor desktop AMD dengan varian tertinggi memiliki 18 core, 16 thread, dan base clock 3,4GHz. Dalam acara tersebut bahkan dipamerkan kemampuan prosesor terbaru Ryzen berhadapan prosesor Intel Core i7-6900K yang merupakan prosesor kelas enthusiast.
Hasil perbandingan membuktikan prosesor Ryzen milik AMD unggul tipis dari prosesor Intel. Namun, hal ini dianggap prestasi AMD yang selama ini merupakan versi optimalisasi. Konsumsi dayanya pun terbukti jauh efisien.
Ini menjadi api yang kemudian di pertengahan 2017 mulai membesar dan membuat Intel harus memadamkannya lebih cepat. Intel diketahui selama ini seperti memonopoli pasar prosesor karena tidak ada kompetitor yang bisa menciptakan produk lebih baik dari mereka.
Setiap prosesor Intel dibanderol dengan harga yang membuat penggunanya harus rela merogoh kantong lebih dalam demi mendapatkan prosesor terbaik Intel, baik di gaming maupun profesional. AMD pun cukup cerdas melihat peluang tersebut. Mereka mulai menjejali pasar dengan Ryzen 7, Ryzen 5, dan Ryzen 3 ditambah beberapa seri dari tiap varian.
Secara terang-terangan, CEO AMD Lisa Su dalam AMD New Horizon Summit menyatakan Ryzen menjadi senjata perang melawan Intel dari segi performa dan harga. Ryzen 7 1800X dibanderol dengan harga hanya Rp6,9 juta. sementara pesaing langsung Intel Core i7-6900K dijual Rp15,3 juta.
Ini membuat Intel mengalami dua perang sekaligus. Benar saja, laporan keuangan Intel yang di Q1 2017 sangat baik perlahan menurun. Sementara AMD mulai mengalami penaikan pasar, dan di bulan September penjualan prosesor AMD seri Ryzen telah menyalip Intel untuk pertama kali setelah 1 dekade terakhir.
Retailer bernama Mindfactory.de mencatat penjualan prosesor AMD bulan Agustus mencapai 56 persen. Kenaikan penjualan prosesor AMD tersebut juga terus bertumbuh sejak bulan Maret 2017, atau saat Ryzen pertama kali dirilis.
Data menunjukkan adanya peningkatan pesat pada penjualan bulan Maret hingga April, yaitu dengan kenaikan hingga 9,5 persen. Lonjakan selanjutnya terdapat di bulan Mei hingga Juni dengan kenaikan sebesar 5,4 persen.
Di bulan Agustus, penjualan prosesor AMD secara keseluruhan berhasil mengalahkan Intel dengan total penjualan hingga 56,1 persen. Sementara Intel hanya berada di angka 43,9 persen. Kehadiran prosesor di kelas HEDT Ryzen Threadripper tampaknya menjadi pemicu kenaikan penjualan prosesor AMD kali ini.
Dalam sebuah hasil survey yang dirilis oleh 3DCenter terkait tingkat kepuasan pengguna terhadap prosesor Intel dan AMD sejak 2011 tercatat Ryzen 7 dan Ryzen 5 mendapatkan tingkat kepuasan tertinggi bahkan Ryzen 5 menjadi yang paling tertinggi.
Survey yang dilakukan oleh 3DCenter menunjukkan sebanyak 83,9 persen pengguna Ryzen 5 merespons positif terhadap keberadaan prosesor tersebut. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 2011. Saat itu Intel merilis prosesor Sandy Bridge yang memiliki peningkatan performa sangat signifikan dari generasi sebelumnya.
Tingkat kepuasan Ryzen 7 berada tepat di bawah Sandy Bridge yaitu sebesar 74,6 persen. Data tersebut menunjukkan AMD sudah berhasil merebut perhatian pengguna PC tahun ini. Prosesor Intel Kaby Lake sendiri memiliki respon postif yang jauh lebih rendah dari Ryzen. Survey 3DCenter mengatakan penerimaan Kaby Lake oleh konsumen hanya sebesar 12 persen.
Berhentinya Moore’s Law
Terlepas dari bisnis Intel yang mulai terusik oleh keberhasilan inovasi AMD, sebetulnya Intel tidak pernah behenti berinovasi. Berpegang teguh pada Moore’s Law yang merupakan hasil prediksi dari pendiri Intel Gordon Moore membuat perusahaannya terus berusaha menjejali transistor lebih banyak dalam sebuah prosesor.
Moore’s Law adalah pandangan Gordon Moore yang memprediksi setiap 2 tahun atau setidaknya 18 bulan, jumlah transistor yang dijejali dalam setiap prosesor yang dibuat akan berlipat ganda. Tentu saja dengan jumlah transistor yang semakin banyak, maka performa yang disajikan sebuah prosesor jauh lebih baik.
Sejak awal, Moore memiliki target bahwa semakin baik performa sebuah prosesor dengan banyaknya jumlah transistor di dalamnya maka prosesor bisa dipergunakan pada banyak perangkat elektronik sehingga harganya pun semakin murah.
Namun, kenyataannya di 2012, Moore’s Law yang merupakan prinsip dan hukum fisika tersebut mulai sulit dilakoni intel. Alasannya, untuk menjejali semakin banyak transistor di dalam sebuah prosesor membutuhkan proses lebih lama dari prediksi Moore’s Law. Bayangkan, Intel harus terus menjejali jumlah transistor yang semakin banyak sedangkan ukuran prosesor itu sendiri tidak bertambah besar.
Artinya ukuran trasnsistor di dalamnya harus dibuat lebih kecil. Canggihnya, Intel sudah bisa membuat prosesor dengan ukuran transistor yang semakin kecil di tahun ini mulai dari ukuran 14nm, 10nm, hingga yang sudah disiapkan yakni 7nm. Hal ini adalah sebuah prestasi, tapi sebetulnya juga malapetaka bagi Moore’s Law.
Untuk membuat transistor lebih kecil membutuhkan waktu yang lebih lama, kini Intel juga mulai menemukan batasan fisik dari teknologinya. Jadi sudah bisa ditebak proses produksinya akan lebih lama dan Moore’s Law tidak berlaku.
Prosesor Intel artsitektur ukuran 7nm ditunda hingga tahun 2022 dan mereka lebih berfokus pada prosesor ukuran 14nm dan 10nm. Pada ukuran 14nm saja, ukuran transistor sudah mencapai sekecil atom, 8 kali lebih kecil dari ukuran virus HIV, dan 500 kali lebih kecil dari sel darah merah. Proses produksi prosesor dengan demikian bakal mencapai pada limitasinya dalam waktu dekat.
Salah satu solusi untuk masalah limitasi tersebut adalah menggunakan komputer kuantum. Berbeda dengan komputer biasa, komputer kuantum menggunakan qubit sebagai properti kalkulasinya dan mengandalkan teknologi fisika kuantum di dalamnya.
Hanya saja, Intel bukan yang terdepan di teknologi ini. Sejauh ini hanya Microsoft, IBM, dan Google yang paling diketahui sangat getol dalam pengembangan komputer kuantum.
AMD dan Intel Kembali Panas di 2018?
2017 memang merupakan tahun yang sangat menarik untuk pasar prosesor PC, setidaknya dalam satu dekade terakhir. Akhirnya AMD memiliki produk bernama Ryzen yang bisa bersaing ketat dengan Intel. Tidak hanya di pasar prosesor mainstream, Ryzen juga merambah hingga prosesor HEDT yang selama ini menjadi wilayah kekuasaan Intel sendiri. Namun apakah perang dengan skala yang sama akan kembali mendominasi 2018 nanti?
Melihat berbagai rumor dan bocoran yang sudah beredar, perang prosesor masih akan berlanjut ke tahun depan. Bedanya, pertempuran ini tidak akan hadir di semua lini seperti yang terjadi di tahun 2017. Menurut bocoran yang baru-baru ini beredar, Intel masih akan berkutat di Coffee Lake. Hal tersebut cukup wajar, mengingat Intel juga masih belum merilis semua lini motherboard dengan chipset baru yang bisa mendukung prosesor Coffee Lake.
Hingga saat ini jajaran motherboard yang kompetibel dengan prosesor Coffee Lake adalah yang hanya menggunakan chipset Z370. Chipset tersebut juga hanya terdapat di motherboard kelas atas. Dengan kata lain Intel bakal merilis motherboard dengan chipset seri B dan H untuk kelas menengah dan bawah tahun depan.
Intel justru bakal merilis prosesor kelas pemulanya di tahun 2018 mendatang. Prosesor dengan kode nama Gemini Lake tersebut bakal hadir untuk menggantikan Apollo Lake yang sudah hadir tahun ini. Pangsa pasarnya masih tetap sama, yaitu perangkat embedded, laptop dan PC desktop kelas pemula, serta all-in-one PC dan perangkat IoT yang tidak memerlukan daya besar.
Gemini Lake menggunakan arsitektur 14nm dan akan hadir dengan nama baru yaitu Pentium Silver dan Pentium Gold. Menurut informasi dari Extreme Tech, Gemini Lake akan mulai dipasarkan pada Q1 2018 hingga Q4 2018.
AMD Bakal Punya Ryzen 2
Berkebalikan dengan Intel, AMD justru kembali agresif di tahun 2018 mendatang. Meski belum dikonfirmasi secara pasti, namun berbagai bocoran informasi mengatakan AMD bakal keluarkan jajaran prosesor Ryzen 2 tahun depan. Prosesor tersebut bahkan rencananya bakal dikenalkan awal tahun 2018 yang kemungkinan akan dilakukan di ajang CES 2018.
Menurut TechPowerUp, AMD mengumumkan akan merilis dua prosesor baru dengan tambahan label nama “2nd Generation” sebelum April 2018 pada sebuah konferensi pers terbatas. Dalam konferensi pers tersebut, AMD juga mengklarifikasi bahwa prosesor Ryzen 2nd Generation barunya bukan merupakan Zen2 atau merupakan penerus langsung dari micro-architecture Zen.
Ryzen 2nd Generation akan tampil dalam dua varian utama, yaitu prosesor Pinnacle Ridge yang bakal tampil tanpa GPU terintegrasi, serta Raven Ridge yang merupakan APU dengan GPU Vega terintegrasi.
AMD mengatakan Ryzen 2nd Generation bakal masih menggunakan arsitektur mikro Zen dengan proses 12nm baru dan clock speed yang lebih kencang. AMD juga menjanjikan konsumsi daya yang lebih rendah dari generasi sebelumnya pada prosesor ini.
Bersamaan dengan dirilisnya prosesor Ryzen 2nd Generation, AMD juga bakal menghadirkan jajaran motherboard dengan chipset 400-Series. Detail spesifikasi dan fiturnya masih belum dipublikasikan, namun banyak yang berharap chipset tersebut bakal mendukung fitur PCIe gen 3.0 general purpose lanes.
Satu hal yang pasti adalah motherboard 400-Series akan masih menggunakan soket AM4 sama seperti pendahulunya. Anda juga masih bisa menggunakan prosesor Ryzen 2nd Generation di motherboard 300-Series yang ada saat ini, tentu saja setelah update BIOS.
Pukul Intel Lagi di 2018?
Melihat rencana perilisan prosesor tersebut, AMD jelas ingin lebih gencar lagi menyerang intel. Serangan paling kuat tampaknya bakal datang dari lini prosesor mainstream, dengan AMD bertarung dengan Ryzen 2nd Generation dan Intel masih mengandalkan Coffee Lake.
Dari hasil pengujian yang kami lakukan sejauh ini Coffee Lake berhasil menunjukkan performa yang sangat baik. Bahkan karena jumlah core-nya bertambah, performa multithreading Coffee Lake bisa menyaingi Ryzen. Yang jadi pertanyaan besar adalah apakah AMD bisa melompati performa Coffee Lake dengan Ryzen 2nd Generation nanti? Tentu saja kita hanya bisa menunggu prosesor tersebut dirilis.
Dalam kesempatan terpisah, pihak AMD mengatakan mereka akan menghadirkan sesuatu yang “besar” tahun 201. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Channel Sales Director AMD untuk wilayah Asia Tenggara Ryan Sim saat berkunjung ke Indonesia. Sim memastikan akan ada banyak hal menarik yang bakal dihadirkan AMD di tahun 2018 mendatang meski tidak menjelaskan detailnya.
HEDT Kembali Bergairah
Dibandingkan dengan pasar mainstream, persaingan sepertinya bakal lebih menarik di lini HEDT (High-End Desktop). Dalam sebuah konferensi pers Intel sempat memperlihatkan rencananya untuk merilis varian prosesor HEDT baru untuk menggantikan Skylake-X dan Kaby Lake-X. Hanya saja prosesor HEDT dengan kode nama Cascade Lake-X tersebut bakal tampil akhir tahun 2018.
Belum ada informasi jenis arsitektur dan teknologi yang digunakan dan Cascade Lake-X diperkirakan hanya merupakan nama baru agar pengguna tidak lagi tertukar dengan penamaan antara prosesor mainstream dan HEDT seperti yang terjadi di Skylake-X dan Kaby Lake-X.
Intel juga masih belum memberikan bocoran mengenai konfigurasi core dan thread yang digunakan serta bagaimana prosesor ini bakal melawan Ryzen Threadripper yang menjadi pusat perhatian di tahun ini.
Lalu bagaimana dengan AMD? Sejauh ini AMD juga masih belum mengumumkan apakah mereka bakal merilis prosesor HEDT generasi baru atau tidak. Melihat kemunculan Threadripper yang tidak diduga, AMD bisa saja bakal menghadirkan generasi barunya tahun depan.