Produsen kartu grafis mulai berani menantang eksistensi server. Setelah Nvdia, sekarang giliran AMD yang melakukannya. Tak hanya performa yang lebih baik, AMD juga membenamkan intelegensi demi komputasi optimal.
Raksasa chip asal Sunnyvale, Amerika Serikat (AS) ini resmi memperkenalkan Radeon Instinct. Sebuah komponen accelator yang punya kemampuan komputasi sangat tinggi. Tapi bukannya menggunakan chip prosesor, AMD mengandalkan kartu grafis sebagai sumber komputasinya.
Apa yang disodorkan Radeon Instinct sebenarnya buka hal baru. Sejak beberapa tahun lalu kemampuan chip grafis sudah dipandang di atas rata-rata untuk fungsi utamanya sendiri, yakni pengolah grafis. Sehingga pemanfaatan kemampuan chip grafis untuk menangani komputasi lainnya sejatinya sudah lama didengungkan.
Sempat muncul istilah General Purposes – Graphics processing Unit (GP-GPU) untuk mengkategorikan kartu grafis yang justru digunakan untuk tujuan lain. Nvidia sudah memulainya sejak lama yang memanfaatkan kartu grafis untuk menggantikan peran server.
Kini bahkan AMD lebih gila lagi. Tak hanya menggantikan fungsi server, kartu grafis Radeon Instict yang masuk kategori GP-GPU ini juga dioptimalkan untuk analitik. Sehingga bisa menentukan hasil maksimal untuk sebuah komputasi.
“Saat ini kemampuan komputer untuk memproduksi data jauh lebih tinggi dibanding melakukan analisa terhadap data itu sendiri. Namun Radeon Instinct bisa memahami data dan membuat keputusan secara realtime,” ujar Raja Koduri, SVP & Chief Architecture Radeon Technologies Group, di hotel Fairmont, Sonoma, California, AS.
Namun Radeon Instinct tidak bekerja sendirian, untuk memaksimalkan potensinya perangkat ini harus dikolaborasikan dengan software yang sudah digarap sangat matang oleh AMD dan Radeon Technolgies Group selaku anak perusahaannya.
AMD punya Radeon Open Compute software Platform (ROCm), dan MIOpen yang bisa mengoptimalkan kemampuan analitik atau intelegensi Radeon Instinct. Selain itu ada juga yang namanya Deep Learning Library yang berperan sebagai framework untuk aplikasi yang memanfaatkan kemampuan Radeon Instinct.
“Begitu besar data tapi tak bisa dimanfaatkan optimal, karena sistem yang ada sekarang belum sekompleks itu. (Dengan Radeon Instinct) kami ingin membuat dari ratusan juta unit (server), ke puluhan juta unit saja. Tapi lebih pintar,” kata Lisa Su, CEO AMD.
Tiga Varian Radeon Instinct
Untuk menjawab kebutuhan di berbagai segmen komputasi industri, AMD menyiapkan tiga varian Radeon Instinct. Paling rendah diwakili oleh MI6 yang hanya mengandalkan pendinginan pasif.
MI6 menyodorkan performa hingga 5,70 teraflops dengan bandwidth memori sebesar 224 GB/detik. Konsumsi dayanya tak lebih dari 150 watt. Di atasnya ada MI8 yang menjanjikan performa komputasi hingga 8,2 teraflops dan bandwidth memori 512 GB/detik. MI8 memerlukan sedotan daya hingga 175 watt.
Sedangkan yang paling tinggi adalah MI25, accelerator ini telah dibenamkan high bandwidth cache dan controller untuk performa di atas rata-rata. Butuh daya maksimal 300 watt untuk membuatnya bekerja optimal.
AMD juga menawarkan Radeon Instinct dalam bentuk paket-paket komputasi. Dimulai dari Super Micro SYS 1028GQ yang berbentuk layaknya server blade, kemudian juga ada beberapa pilihan lain dengan komputasi mencapai 100 teraflops dan 400 teraflops.
Pilihan teratas dipaket bersamaan dengan rak server, komputasinya mencapai 3 petaflops.